Kalau disuruh memilih, Anda pilih mana? Menjadi ikan kecil di kolam besar atau ikan besar di kolam kecil? Oh, bukan, ini bukan tentang hewan yang hidup di air tawar. Ikan dan kolam kali ini adalah perumpamaan. Dalam banyak hal, kita mengenal beberapa perumpamaan.
Ikan Kecil di Kolam Besar
Ikan kecil adalah diri kita yang sedang memasuki lingkungan besar dengan banyak orang dari berbagai bidang ilmu. Biasanya kolam besar identik dengan perusahaan besar yang memiliki jumlah tim yang sangat banyak. Orang-orang yang bekerja di dalamnya berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
Beda pengalaman, beda skill, beda pola pikir. Ketika kita di posisi sebagai ikan kecil, kita bisa membuka pikiran seluas-luasnya agar bisa memperdalam ilmu dan kompetensi sebanyak mungkin untuk diterapkan.
Ikan Besar di Kolam Kecil
Selain menjadi ikan kecil di kolam besar, ada saatnya kita seperti menjadi ikan besar di kolam kecil. Seperti ini misalnya: pernahkah Anda di sebuah kelompok dianggap/diperlakukan sebagai orang yang disegani, dituakan, berilmu, dan berpengalaman?
Di sana ucapan dan saran Anda sering diminta untuk dijadikan bahan pertimbangan. Terlepas dari faktor kepercayaan dari orang lain yang notabene merupakan hal positif, ada hal lain yang perlu diperhatikan.
Bayangkan saja seekor ikan besar di kolam kecil. Air di kolam itu bergejolak karena ikan itu terus bergerak ke sana ke mari, tapi ‘mentok’ karena terbatasnya ruang gerak untuk berenang. Sampai pada akhirnya, ia bisa melompat keluar. Nah, dalam situasi di perusahaan, ada orang yang yang merasakan bahwa di tempatnya bekerja sekarang, dia seperti ikan besar di kolam yang kecil.
Dia merasa memiliki kapasitas diri yang besar, tapi masih berhadapan dengan tugas atau pekerjaan yang kurang menantang. Jadi terdorong untuk keluar dan mencari ‘kolam’ atau tempat lain yang lebih memberikan ruang gerak.
Jadi, mana yang lebih baik?
Karena ini bukan sebuah kondisi yang saklek, jadi jawabannya tergantung kondisi masing-masing orang. Ketika merasa sudah besar, jangan-jangan belum benar-benar mengenal ‘kolam’ tempat tinggal kita yang sesungguhnya. Apakah semua potensi atau kapasitas diri yang dimiliki sudah terdayagunakan dengan maksimal?
Menyadari kapasitas diri dan melihat kondisi lingkungan dengan objektif, sepertinya lebih bijak agar kita tetap rendah hati ketika memiliki ilmu yang masih harus selalu dikembangkan.